Dunia Olahraga – Forum Media Asian Games 2018 menyisakan pekerjaan rumah bagi Indonesia. Selain forum yang dinilai standar, Indonesia juga diminta memerhatikan persoalan kemacetan.
Forum Media Asian Games 2018 digelar pada Senin-Selasa (27-28 November 2017) di Jakarta dan Palembang. Namun, acara yang diikuti 178 wartawan dari 22 negara peserta tersebut menyisakan berbagai catatan.
Pasalnya, agenda yang juga sebagai sebagai miniatur Panitia Penyelenggara Asian Games 2018 (INASGOC) saat menjamu 9.500 atlet, 3.500 media, 2.500 Dewan Olimpiade Asia (OCA), dan 5.500 delegasi teknis dari 45 negara dalam event sebenarnya itu dinilai tidak rapi.
Salah satu jurnalis asing, Taketsugu Tobe dari Kyodo News, mengatakan, acara tersebut tak terlalu mengesankan bahkan cenderung standar. "Tapi tidak masalah. Kami menikmati dua hari ini," kata Tobe.
Bagi Tobe, berkunjung ke Indonesia merupakan kali pertama. Namun, dia sudah bisa menilai tantangan terbesar yang akan dihadapi Indonesia saat Asian Games nanti adalah kemacetan.
"Menurut saya itu adalah masalahnya. Dalam penjelasan, forum tadi, mereka menjelaskan kepada kami bahwa mereka berusaha mengatasi hal ini. Ini akan menyulitkan orang Indonesia tapi juga penting untuk keberhasilan event, bagaimana jika mereka terjebak macet," kata Tobe di Jakarta.
Tobe akan datang kembali ke Indonesia pada Maret 2018 karena ada agenda pengarahan untuk media. Dia berharap pada saat itu kemacetan sudah bisa diurai.
"Bagi kami, media, ini akan sangat penting. Sebab, jika kalian (Indonesia) menyediakan hotel terdekat dengan venue (GBK). Sementara mereka katakan hotel media terdekat berjarak 30 menit, maka jika macet bisa sampai satu jam," ujarnya.
"Andaikan kami selesai dan sampai hotel pukul 2 atau 3 pagi, kemudian perjalanan pulang di bis bisa sampai 1 jam, kami hanya akan bisa istirahat 2 sampai 3 jam, karena pukul 6 atau 7 pagi sudah harus berangkat lagi. Tentu saja ini tidak bagus, ini akan sangat melelahkan. Maka kami harap bisa disediakan hotel yang paling dekat dengan venue," kata Tobe.
Kekhawatiran lain yang juga dia rasakan adalah terkait target penyelesaian venue yang dianggap kurang realistis.
"Ini sangat tidak mungkin untuk menyelesaikan semua ini, jika gedung (wisma atlet Kemayoran) ini akan selesai pada Desember, tetapi yang di luarnya, keseluruhan bagian gedung seperti tempat parkir dan lainnya. Bila dikatakan akan selesai pada Desember, ini cukup tidak mungkin. Semestinya realistis terhadap deadline tersebut," katanya.
"Menurut saya seharusnya Organizing Comittee lebih realistis dalam memberikan deadline selesainya persiapan ini. Jika dikatakan ini akan selesai pada Mei atau Juni, itu akan lebih realistis. Itu lebih dapat dipercaya. Tetapi setiap orang mengatakan bahwa itu akan selesai pada Desember. Ya, ini jadi kekhawatiran terbesar," ujar Tobe.